Keterampilan matematika adalah keterampilan dasar yang diperlukan semua anak. Mahir matematika tidak hanya dibutuhkan oleh mereka yang bekerja di bidang yang berkaitan erat dengan matematika seperti: akuntan, fisikawan, insinyur, dll, tapi juga dibutuhkan oleh siapa pun dalam profesi apa pun, seperti: ibu rumah tangga, pembuat kue, penata ruangan, dll.
Kemampuan berpikir matematis dapat diajarkan
sejak dini melalui kegiatan sederhana sehari-hari bersama anak. Sebelum
anak mengenal penjumlahan 4+4 = 8, anak perlu memahami konsep dasar matematika
dulu sebagai pondasi dari pembelajaran selanjutnya. Banyak orang tua yang
ragu akan hal ini. Bagi mereka, anak harus langsung belajar penjumlahan
dan perkalian agar jago matematika.
Padahal konsep dasar matematika akan membawa
anak memahami matematika secara mendalam. Misalnya ketika anak belajar menyusun
benda dari ukuran yang terkecil ke yang terbesar, maka ia pun dapat
melakukannya pada pengelompokkan angka. Ketika anak dapat memahami
pengelompokkan angka, anak dapat membedakan satuan, puluhan, ratusan dan ribuan
yang kemudian berlanjut dengan pembelajaran penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian.
Berikut adalah materi dasar berhitung yang
perlu dikenalkan pada anak:
1. Classification adalah
kemampuan mengelompokkan benda, suara, bau, ide dan lainnya sesuai dengan
kesamaan ciri-cirinya.
Contoh: Dalam kegiatan memasak, anak dapat
mengklasifikasikan bahan-bahan makanan yang diperlukan dalam wadah yang
berbeda untuk membuat 1 (satu) menu makanan. Misalnya anak menyiapkan
tepung, gula, telur dan lainnya.
2. Patterning adalah kemampuan membentuk sekumpulan
angka atau objek dimana semua anggotanya saling berhubungan antara satu sama
lain sesuai dengan aturannya. Belajar pola mengajarkan kita untuk dapat
memprediksi masa depan, menemukan hal-hal yang baru dan lebih mengerti dunia
disekitar kita.
Contoh: Ketika mencetak adonan kue dan
meletakkannya di loyang, anak dapat menaruhnya selang-seling. Misalnya
bentuk kue bintang, bulat, bintang, bulat.
3. Subtizing adalah
kemampuan untuk melihat jumlah kecil dari suatu benda tanpa harus
menghitungnya.
Contoh: Ketika kita mau masak, kita dapat
mengecek ketersediaan bahan dengan cepat. Misalnya anak tahu bahwa di
tempat telur hanya tersisa 4 telur lagi.
4. One-to- one correspondence adalah
kemampuan memasangkan satu objek dengan objek lainnya. Anak sebaiknya mengerti
konsep ini sebelum mereka belajar berhitung.
Contoh: Kue yang sudah matang dapat dibagikan
ke anak satu persatu.
5. Conservation adalah pengertian bahwa jumlah atau
ukuran suatu benda adalah tetap walaupun posisinya diubah atau dibagi
Contoh: Tepung yang telah ditimbang seberat
100 gram apabila dimasukkan kedalam wadah dan teracak, beratnya akan tetap 100
gram.
6. Resilience adalah sikap positif yang harus
dimiliki anak ketika menghadapi hambatan dalam menyelesaikan soal-soal
matematika yang sulit.
Contoh:
Kembali mencoba resep suatu masakan setelah percobaan sebelumnya belum
berhasil.