Selasa, 18 Oktober 2016

6 Keterampilan Dasar Matematika


Keterampilan matematika adalah keterampilan dasar yang diperlukan semua anak. Mahir matematika tidak hanya dibutuhkan oleh mereka yang bekerja di bidang yang berkaitan erat dengan matematika seperti: akuntan, fisikawan, insinyur, dll, tapi juga dibutuhkan oleh siapa pun dalam profesi apa pun, seperti: ibu rumah tangga, pembuat kue, penata ruangan, dll.

Kemampuan berpikir matematis dapat diajarkan sejak dini melalui kegiatan sederhana sehari-hari bersama anak. Sebelum anak mengenal penjumlahan 4+4 = 8, anak perlu memahami konsep dasar matematika dulu sebagai pondasi dari pembelajaran selanjutnya.  Banyak orang tua yang ragu akan hal ini.  Bagi mereka, anak harus langsung belajar penjumlahan dan perkalian agar jago matematika.

Padahal konsep dasar matematika akan membawa anak memahami matematika secara mendalam. Misalnya ketika anak belajar menyusun benda dari ukuran yang terkecil ke yang terbesar, maka ia pun dapat melakukannya pada pengelompokkan angka.  Ketika anak dapat memahami pengelompokkan angka, anak dapat membedakan satuan, puluhan, ratusan dan ribuan yang kemudian berlanjut dengan pembelajaran penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.


Berikut adalah materi dasar berhitung yang perlu dikenalkan pada anak:

1. Classification adalah kemampuan mengelompokkan benda, suara, bau, ide dan lainnya sesuai dengan kesamaan ciri-cirinya.
Contoh: Dalam kegiatan memasak, anak dapat mengklasifikasikan bahan-bahan makanan yang diperlukan dalam  wadah yang berbeda untuk membuat 1 (satu) menu makanan.  Misalnya anak menyiapkan tepung, gula, telur dan lainnya.

2. Patterning adalah kemampuan membentuk sekumpulan angka atau objek dimana semua anggotanya saling berhubungan antara satu sama lain sesuai dengan aturannya.  Belajar pola mengajarkan kita untuk dapat memprediksi masa depan, menemukan hal-hal yang baru dan lebih mengerti dunia disekitar kita.
Contoh: Ketika mencetak adonan kue dan meletakkannya di loyang, anak dapat menaruhnya selang-seling.  Misalnya bentuk kue bintang, bulat, bintang, bulat.

3. Subtizing adalah kemampuan untuk melihat jumlah kecil dari suatu benda tanpa harus menghitungnya.
Contoh: Ketika kita mau masak, kita dapat mengecek ketersediaan bahan dengan cepat.  Misalnya anak tahu bahwa di tempat telur hanya tersisa 4 telur lagi.

4. One-to- one correspondence adalah kemampuan memasangkan satu objek dengan objek lainnya. Anak sebaiknya mengerti konsep ini sebelum mereka belajar berhitung.
Contoh: Kue yang sudah matang dapat dibagikan ke anak satu persatu.

5. Conservation adalah pengertian bahwa jumlah atau ukuran suatu benda adalah tetap walaupun posisinya diubah atau dibagi
Contoh: Tepung yang telah ditimbang seberat 100 gram apabila dimasukkan kedalam wadah dan teracak, beratnya akan tetap 100 gram.

6. Resilience adalah sikap positif yang harus dimiliki anak ketika menghadapi hambatan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang sulit.
Contoh: Kembali mencoba resep suatu masakan setelah percobaan sebelumnya belum berhasil.

Sumber: Keluargakita.com

Sabtu, 23 Juli 2016

Balasan hamba yang lalai dari dzikir (shalat) kepada Allah



Postingan kali ini, saya hanya akan menuliskan kembali (re-write) apa yang saya baca dari Al-Quran Terjemah yang saya miliki. Ketika membaca tulisan ini, membuat saya tersentak, seperti diingatkan kembali. Seringkali kita tahu bahwa apa yang kita lakukan itu salah, tapi seringkali pula kita “membenarkan” apa yang kita lakukan meskipun hal itu tidak benar.
Al-Quran turun sebagai pemberi peringatan, dan tugas sesama muslim untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Semoga kita semua tidak termasuk pada golongan yang akan diceritakan ini...

Cerita mengenai hukuman orang yang melaksanakan shalat ini adalah cerita orang zaman dahulu. Dikatakan bahwa ada seorang wanita yang meninggal dunia. Wanita ini mempunyai saudara laki-laki. Pada saat pemakaman, saudara laki-lakinya beserta orang-orang ikut menguburkannya ke pemakaman. Tiba-tiba dompet saudara laki-laki nya ini terjatuh di dalam kuburan tanpa sengaja, namun orang-orang yang sedang menguburkan wanita itu tidak mengetahuinya. Mereka terus saja menguburkan wanita ini. Di dalam dompet laki-laki ini berisi uang yang dia miliki.

Ketika orang-orang meninggalkan kuburan, laki-laki ini membongkar kembali kuburan saudarinya itu. Tetapi, alangkah terkejutnya dia. KETIKA DIA MEMBONGKAR KUBURAN ITU, BAGIAN DALAMNYA MENGELUARKAN API! Lalu laki-laki itu bergegas menutup kembali kuburan itu dan pulang ke rumah menemui ibunya, “Wahai ibu, amalan apa yang telah dilakukan oleh saudari perempuanku?” Ibunya bertanya dengan heran, “Memangnya ada apa sehingga kamu bertanya seperti itu?” Lalu dia menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya di kuburan. Ibunya menangis sambil berkata, “Wahai anakku, saudarimu ketika masih hidup merupakan wanita yang menyepelekan masalah shalat. Dia suka mengakhirkan shalat.”



Dari Ibnu Ziyad, dia pernah datang ke Madinah dan bertemu Abu Hurairah Ra., Abu Hurairah bertanya, “Wahai pemuda, maukah aku ceritakan sebuah hadits kepadamu?” Ibnu Ziyad menjawab, “Tentu, semoga Allah SWT. merahmatimu” Yunus berkata, “Dia menyebutkannya dari Rasulullah SAW. Bersabda, ‘Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali akan di hisab pada hari kiamat adalah shalat.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah berfirman kepada malaikatnya, ‘Wahai malaikat, lihatlah shalat hamba-Ku ini apakah dia shalat dengan sempurna atau kurang sempurna. Apabila shalatnya dikerjakan dengan sempurna, maka catatlah dengan sempurna. Apabila shalatnya kurang sempurna, maka lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai shalat sunnah?’’ Jika dia memiliki shalat sunnah, maka Allah swt. berkata pada malaikat, ‘Sempurnakanlah shalat hamba-Ku dengan shalat sunnah. Kemudian catatlah seluruh amal seperti itu.’ (HR. Abu Dawud)

AMAL YANG PERTAMA KALI DIHISAB PADA HARI KIAMAT ADALAH SHALAT.
Shalat, shalat, shalat! Dari 24 jam waktu yang Allah berikan pada kita, tidakkah kita sempat meluangkan untuk sekedar “berbincang” denganNya? Berterimakasih atas nikmat yang diberikan olehNya?
Hey, berapa lama sih waktu yang diperlukan untuk shalat? 1 jam? 2 jam? 10 menit juga kurang. Jika kita kalkulasi, 10 menit setiap shalat dikalikan 5 waktu, HANYA 50 MENIT! Kurang dari satu jam. Itupun paling lama 10 menit, kalau habis shalat langsung lempar mukena atau sarung? Mungkin bisa lebih cepat dari itu.
23 Jam! Tersedia waktu sebanyak 23 jam untuk menyelesaikan semua urusan dunia, tapi luangkan satu jam saja? Itupun dibagi lima. Apakah terasa sulit?
Ketika handphone berdering, kita sibuk mencari sumber suara. Khawatir ‘si bos’ memberikan tugas mendadak. Tapi ketika adzan berkumandang? Apakah kita langsung menghampiri sumber suara? Menghentikan aktivitas yang dilakukan? Langsung memenuhi panggilannya?
Biarkan hati kecil kita yang menjawabnya.
Semoga jadi bahan renungan untuk kita semua. Juga sebagai #Selfreminder bagi penulis.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (13 : 11)

Wallahu a’lam.

Kamis, 14 April 2016

Sudah benarkah bacaan Al-Quran-ku?


Assalamualaikum wr. wb.

Apa kabar sahabat sholih dan sholihah semua? Insyaallah sehat semua ya :)

Sudah baca Al-Quran hari ini? Insyaallah dan mudah-mudahan kita tidak pernah terlewat ya baca Al-Quran nya setiap hari. Mungkin sebagaian sahabat disini sudah lancar membaca Al-Quran sejak kecil. Tapi.. sudah benarkah bacaan kita? Jangan-jangan ayat yang kita baca bukannya jadi pahala malah jadi dosa. Naudzubillah...

Allah berfirman dalam Qs. Al-Muzammil: 4; “Dan bacalah Al-Quran dengan tartil”. Terjawab sudah kenapa kita harus terus belajar untuk memperbaiki dan memperbagus bacaan. Jangan cepat puas dengan apa yang sudah kita dapat. Allah menurunkan ayat Al-Quran dengan “lidah arab” akan lebih baik, jika kita belajar mengikuti “lidah” mereka.

Pernah denger tahsin? Apa sih tahsin itu? Emang penting ya? Tahsin artinya memperbaiki bacaan Al-Quran, mengeluarkan huruf dari tempat keluarnya huruf (makhorijul huruf) dengan memberikan hak dan mustahaknya. Loh, emang huruf punya hak ya? Punya dong. Ga Cuma manusia aja yang punya hak ternyata huruf juga punya. Misalnya, huruf ta. Huruf ta harus dibaca “hams” atau mendesis jangan memantul. Nah makanya kita harus tau apa aja hak-hak huruf dan darimana mereka “berasal”. Bagaimana dengan mustahak? Tentang mustahak masuk ke pembahasan ilmu tajwid. Insyaallah akan kita bahas di part selanjutnya hihi.. Singkatnya, tahsin itu membaguskan dan memperbaiki bacaan, bukan hanya belajar melagamkan atau melagukan Al-Quran.

Ada 2 kesalahan dalam membaca Al-Quran, kesalahan besar dan kesalahan ringan. Apa aja ya yang termasuk kesalahan besar?

Yang pertama, perubahan huruf dengan bunyi lain.
Misalnya dalam surat Al-Fatihah ayat kedua, “Alhamdu” Ha disitu adalah ‘Ha’ kecil, apabila kita baca dengan ‘Ha’ besar, maka makna nya pun akan berubah. Yang seharusnya “Segala puji bagi Allah” malah menjadi “Kebinasaan bagi Allah”. Lihat? Jauh sekali kan artinya. Na’udzubillah kita membaca Al-Quran seperti itu.

Yang kedua, perubahan harokat dengan harokat lain.
Kalau ini bisa disebabkan kurang teliti dan hati-hati nya kita dalam membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran terlalu cepat karena mungkin mengejar kuantitas bacaan dan lupa perintah Allah untuk membaca dengan tartil. Sama halnya seperti kesalahan pertama, salah membaca harokat bisa mengubah makna.

Yang ketiga, memanjangkan huruf yang pendek atau sebaliknya.
Hayoo, siapa yang suka melakukan kesalahan ini? Kesalahan ini paling sering kami dengar, karena mungkin ada yang “keenakan” dengan lagam yang dibacakan. Jadi nanggung kalo misalnya bacaannya gak di panjangin atau sebaliknya. Eits, perintah Allah untuk membaca dengan tartil. Ingat ya dengan tartil, artinya dengan baik dan benar. Urusan lagam, nomor sekian, yang penting bacannya bener.  

Yang keempat, mentasydidkan
Hampir sama dengan perubahan harokat. Pada intinya, yang seharusnya ada menjadi tidak ada, tasydid yang harusnya tidak ada, ehh malah kita baca. Kesalahan ini pun dapat mengubah makna.

Nah itulah kesalahan-kesalahan yang termasuk dalam kesalahan besar. Kemudian, bagaimana dengan kesalahan kecil? Kesalahan ringan biasanya hanya diketahui oleh orang yang paham akan ilmu Al-Quran. Misalnya dalam pelafalan hukum tajwid, yang harusnya dengung bacalah dengung jangan menjadi idzhar. Memang akibatnya tidak sefatal kesalahan berat, hanya saja jika kita membaca nya asal-asalan, bacaan kita jadi tidak sesuai kaidah ^^

Mungkin sampai sini dulu aja ya pembahasannya. Kami pun disini masih belajar, begitu kami mendapat ilmu baru, insyaallah akan kami share di sini. Memang akan lebih baik kalau kita belajar Al-Quran dengan mempraktekkannya langsung. Tapi karena segala keterbatasan yang ada, keterbatasan ruang dan waktu, semoga dengan adanya tulisan ini dapat memotivasi sahabat semua untuk terus belajar dan mencari “sumber ilmu”. Jangan merasa malu atau sudah terlalu tua untuk belajar. Tidak pernah ada kata terlambat.

Wallahu a’lam bis showaab.

“Orang yang mahir dengan Al-Quran akan bersama para Malaikat yang mulia dan taat, dan orang yang kemampuan baca Al-Qurannya terbata-bata serta merasa kesulitan, maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim)

Fastabiqul Khairaat! ^^