“Bacalah
dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah! Tuhanmulah yang maha pemurah” (Qs. Al-‘Alaq: 1-5). Surat
tersebut merupakan wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Saat itu,
Nabi Muhammad SAW sedang bertahannuts (menyendiri) di Gua Hiro kemudian
datanglah Malaikat Jibril yang menyerupai seorang laki-laki kemudian memerintahkan
Nabi Muhammad “Iqra’! (Bacalah!)”. Namun apa jawaban Rasulullah SAW? “Maa Anaa
Biqorii (Saya tidak bisa membaca)”. Kemudian Malaikat Jibril memeluk Rasulullah
SAW dengan sangat keras sampai terasa sesak dada Rasulullah SAW dan memintanya
kembali untuk membaca, namun Rasulullah SAW masih memberikan jawaban yang sama
“Saya tidak bisa membaca”. Kemudian untuk kedua kalinya, Malaikat Jibril
kembali memeluk Nabi Muhammad dengan sangat kencang dan melepaskannya seraya
mengajari Nabi Muhammad QS. Al-‘Alaq: 1-5. Kemudian Rasulullah SAW pulang
dengan ketakutan dan menemui istrinya dan memintanya untuk menyelimutinya
“zamiluunii, zamiluunii (selimutilah aku, selimutilah aku)” kemudian Khadijah
menyelimuti beliau sampai hilanglah rasa takutnya. Kurang lebih seperti itulah
kisah singkat tentang wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad.
Iqra’!
Bacalah!
Betapa
pentingnya membaca untuk kita semua, membaca adalah washilah untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan. Sumber ilmu pengetahuan terbesar umat manusia ada pada Al-quran,
sehingga penting bagi anak-anak untuk dapat membaca al-quran sejak dini. Di
indonesia, sebagian besar anak-anak belajar membaca al-quran melalui “iqra”
pada buku iqra anak-anak dikenalkan pada huruf hijaiyyah, cara membaca harokat
dan pengetahuan lainnya. Sebanyak 6 jilid iqra’ yang harus dituntaskan oleh
anak untuk bisa membaca al-quran dengan tartil, tentu saja dengan pendampingan
yang terus menerus. Di Saung Pinter, anak-anak berusia 5 tahun sudah mulai
dikenalkan huruf hijaiyyah dan membaca iqra’. Usia 0-5 tahun adalah masa golden
age bagi anak. Sehingga sangat penting bagi anak untuk mendapatkan lingkungan
yang islami dan pembiasaan yang baik sebagai pondasi awal bagi diri anak
tersebut. Kemampuan dan karakter setiap anak tentu saja berbeda, sehingga cara
penanganannya pun berbeda pula. Alhamdulillah, beberapa anak di Saung Pinter
yang berusia 5-6 tahun sudah bisa membaca iqra’ dengan lancar bahkan sampai ke
jilid 5.
Tidak ada paksaan dari kami untuk belajar, pembelajarannya pun seringkali kami selingi dengan permainan supaya anak-anak tidak bosan, yah itung-itung bermain sambil belajar. Namanya juga anak-anak, fokus belajarnya paling lama 5 menit, setelah itu maunya lari kesana-sini, mainin barang yang ada di sekitarnya. Makanya kita sebagai pengajar harus menyiapkan amunisi supaya anak bisa tetap tertarik untuk belajar. Contohnya ketika anak-anak lupa salah satu huruf hijaiyyah kita ambil contoh huruf “ba” bisa kita bilang “ciluk...” secara refleks anak akan menjawab “ba” sehingga dia bisa mengingat kembali huruf yang hilang dari ingatannya. Contoh lain huruf “da” kita bisa menepuk “dada” untuk membuat anak ingat kembali, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Be a creative teacher! ;)
Tidak ada paksaan dari kami untuk belajar, pembelajarannya pun seringkali kami selingi dengan permainan supaya anak-anak tidak bosan, yah itung-itung bermain sambil belajar. Namanya juga anak-anak, fokus belajarnya paling lama 5 menit, setelah itu maunya lari kesana-sini, mainin barang yang ada di sekitarnya. Makanya kita sebagai pengajar harus menyiapkan amunisi supaya anak bisa tetap tertarik untuk belajar. Contohnya ketika anak-anak lupa salah satu huruf hijaiyyah kita ambil contoh huruf “ba” bisa kita bilang “ciluk...” secara refleks anak akan menjawab “ba” sehingga dia bisa mengingat kembali huruf yang hilang dari ingatannya. Contoh lain huruf “da” kita bisa menepuk “dada” untuk membuat anak ingat kembali, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Be a creative teacher! ;)
Selain membaca iqra’ membaca huruf abjad pun tidak kalah penting untuk dikenalkan pada anak. Pengenalan huruf abjad dapat disambi dengan kegiatan motorik anak. Kami menggunakan bola warna-warni untuk membuat anak tetap “fun” ketika belajar. Bola-bola tersebut sudah kami tulisi huruf-huruf abjad dan kami minta anak untuk mencari huruf-huruf yang tertulis sekaligus pengenalan warna. Waw, dalam satu kegiatan kita bisa mengajarkan 2 hal baru yakni warna dan huruf abjad. Untuk anak yang sudah “mampu” belajar membaca, kamipun memfasilitasi hal itu. Bagaimana standar “mampu” belajar yang kami terapkan? Kami melihat dari jilid iqra’ yang mereka baca.
Sahabat sholih dan sholihat semua mungkin masih ingat bagaimana dulu kita belajar membaca, dengan menghafalkan huruf abjad kemudian dieja persuku kata sehingga membentuk suatu kata atau kalimat. Be a ba, ce a ca. Ba-ca. Kurang lebih seperti itu metode belajar membaca kita dulu. Saat ini ada buku “BACALAH” cara cepat belajar membaca yang diterbitkan oleh Balai Litbang LPTQ Nasional Yayasan Tim Tadarus AMM “As’ad Humam” Yogyakarta (bukan promosi loh ya hehe...).
Buku ini sangat membantu kami, pengajar dalam mengajari anak untuk membaca. Metode yang digunakan sama seperti membaca iqra’. Sehingga “syarat mampu” yang kami berikan pada anak untuk bisa belajar membaca adalah sudah melewati iqra’ 3. Karena teknik dasar buku Bacalah sama seperti iqra’ tidak ada sistem mengeja lagi tapi langsung satu suku kata. Sebagai contoh cara membaca “ba” kita cukup menuliskan huruf hijaiyyah “ba” sehingga anak tau bagaimana cara membaca “ba” dalam huruf latin. Begitupun huruf lainnya seperti “da, ma, sa, la” dan lain sebagainya. Bisa dibayangkan gimana sih lucunya anak-anak belajar baca dengan logat baca iqra’! hihi.. Serius deh, buku ini sangat membantu kami dalam mengajari anak-anak membaca.
Ini loh buku "Bacalah" yang kita pake. Jilid 3 nya udah ga ada bajunya hihi |
Isinya kaya gini.. penuh corat-coret. kan berani kotor itu baik hehe |
Dari
sini, kami bisa mengambil hikmah bahwa perintah Allah untuk dapat membaca
Al-quran memberikan efek positif terhadap hal lain, contohnya bisa membaca
huruf latin. Apalagi kita bisa memahami Al-quran dan menghafalnya, kami yakin
tidak akan ada kemungkaran di bumi ini.
Begitulah
sharing pengalaman kami dalam
mendidik dan mengajarkan anak-anak. Pendidikan adalah suatu proses, bukan sulap
yang dapat merubah sesuatu dalam sekejap. Bagi para pengajar dan pendidik yang
punya pengalaman lain, mari berbagi! Insyaallah dengan berbagi kita menjadi
kaya!
Semangat
berbagi kebaikan!