Selasa, 22 Maret 2016

Iqra'! Bacalah!



“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah yang maha pemurah” (Qs. Al-‘Alaq: 1-5). Surat tersebut merupakan wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang bertahannuts (menyendiri) di Gua Hiro kemudian datanglah Malaikat Jibril yang menyerupai seorang laki-laki kemudian memerintahkan Nabi Muhammad “Iqra’! (Bacalah!)”. Namun apa jawaban Rasulullah SAW? “Maa Anaa Biqorii (Saya tidak bisa membaca)”. Kemudian Malaikat Jibril memeluk Rasulullah SAW dengan sangat keras sampai terasa sesak dada Rasulullah SAW dan memintanya kembali untuk membaca, namun Rasulullah SAW masih memberikan jawaban yang sama “Saya tidak bisa membaca”. Kemudian untuk kedua kalinya, Malaikat Jibril kembali memeluk Nabi Muhammad dengan sangat kencang dan melepaskannya seraya mengajari Nabi Muhammad QS. Al-‘Alaq: 1-5. Kemudian Rasulullah SAW pulang dengan ketakutan dan menemui istrinya dan memintanya untuk menyelimutinya “zamiluunii, zamiluunii (selimutilah aku, selimutilah aku)” kemudian Khadijah menyelimuti beliau sampai hilanglah rasa takutnya. Kurang lebih seperti itulah kisah singkat tentang wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad.

Iqra’! Bacalah!

Betapa pentingnya membaca untuk kita semua, membaca adalah washilah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sumber ilmu pengetahuan terbesar umat manusia ada pada Al-quran, sehingga penting bagi anak-anak untuk dapat membaca al-quran sejak dini. Di indonesia, sebagian besar anak-anak belajar membaca al-quran melalui “iqra” pada buku iqra anak-anak dikenalkan pada huruf hijaiyyah, cara membaca harokat dan pengetahuan lainnya. Sebanyak 6 jilid iqra’ yang harus dituntaskan oleh anak untuk bisa membaca al-quran dengan tartil, tentu saja dengan pendampingan yang terus menerus. Di Saung Pinter, anak-anak berusia 5 tahun sudah mulai dikenalkan huruf hijaiyyah dan membaca iqra’. Usia 0-5 tahun adalah masa golden age bagi anak. Sehingga sangat penting bagi anak untuk mendapatkan lingkungan yang islami dan pembiasaan yang baik sebagai pondasi awal bagi diri anak tersebut. Kemampuan dan karakter setiap anak tentu saja berbeda, sehingga cara penanganannya pun berbeda pula. Alhamdulillah, beberapa anak di Saung Pinter yang berusia 5-6 tahun sudah bisa membaca iqra’ dengan lancar bahkan sampai ke jilid 5. 

Tidak ada paksaan dari kami untuk belajar, pembelajarannya pun seringkali kami selingi dengan permainan supaya anak-anak tidak bosan, yah itung-itung bermain sambil belajar. Namanya juga anak-anak, fokus belajarnya paling lama 5 menit, setelah itu maunya lari kesana-sini, mainin barang yang ada di sekitarnya. Makanya kita sebagai pengajar harus menyiapkan amunisi supaya anak bisa tetap tertarik untuk belajar. Contohnya ketika anak-anak lupa salah satu huruf hijaiyyah kita ambil contoh huruf “ba” bisa kita bilang “ciluk...” secara refleks anak akan menjawab “ba” sehingga dia bisa mengingat kembali huruf yang hilang dari ingatannya. Contoh lain huruf “da” kita bisa menepuk “dada” untuk membuat anak ingat kembali, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Be a creative teacher! ;)

Selain membaca iqra’ membaca huruf abjad pun tidak kalah penting untuk dikenalkan pada anak. Pengenalan huruf abjad dapat disambi dengan kegiatan motorik anak. Kami menggunakan bola warna-warni untuk membuat anak tetap “fun” ketika belajar. Bola-bola tersebut sudah kami tulisi huruf-huruf abjad dan kami minta anak untuk mencari huruf-huruf yang tertulis sekaligus pengenalan warna. Waw, dalam satu kegiatan kita bisa mengajarkan 2 hal baru yakni warna dan huruf abjad. Untuk anak yang sudah “mampu” belajar membaca, kamipun memfasilitasi hal itu. Bagaimana standar “mampu” belajar yang kami terapkan? Kami melihat dari jilid iqra’ yang mereka baca.

Sahabat sholih dan sholihat semua mungkin masih ingat bagaimana dulu kita belajar membaca, dengan menghafalkan huruf abjad kemudian dieja persuku kata sehingga membentuk suatu kata atau kalimat. Be a ba, ce a ca. Ba-ca. Kurang lebih seperti itu metode belajar membaca kita dulu. Saat ini ada buku “BACALAH” cara cepat belajar membaca yang diterbitkan oleh Balai Litbang LPTQ Nasional Yayasan Tim Tadarus AMM “As’ad Humam” Yogyakarta (bukan promosi loh ya hehe...). 

Buku ini sangat membantu kami, pengajar dalam mengajari anak untuk membaca. Metode yang digunakan sama seperti membaca iqra’. Sehingga “syarat mampu” yang kami berikan pada anak untuk bisa belajar membaca adalah sudah melewati iqra’ 3. Karena teknik dasar buku Bacalah sama seperti iqra’ tidak ada sistem mengeja lagi tapi langsung satu suku kata. Sebagai contoh cara membaca “ba” kita cukup menuliskan huruf hijaiyyah “ba” sehingga anak tau bagaimana cara membaca “ba” dalam huruf latin. Begitupun huruf lainnya seperti “da, ma, sa, la” dan lain sebagainya. Bisa dibayangkan gimana sih lucunya anak-anak belajar baca dengan logat baca iqra’! hihi.. Serius deh, buku ini sangat membantu kami dalam mengajari anak-anak membaca.
Ini loh buku "Bacalah" yang kita pake. Jilid 3 nya udah ga ada bajunya hihi
Isinya kaya gini.. penuh corat-coret. kan berani kotor itu baik hehe

Bermain sambil belajar :D
 
Belajar baca duluuuuu..
Dari sini, kami bisa mengambil hikmah bahwa perintah Allah untuk dapat membaca Al-quran memberikan efek positif terhadap hal lain, contohnya bisa membaca huruf latin. Apalagi kita bisa memahami Al-quran dan menghafalnya, kami yakin tidak akan ada kemungkaran di bumi ini.

Begitulah sharing pengalaman kami dalam mendidik dan mengajarkan anak-anak. Pendidikan adalah suatu proses, bukan sulap yang dapat merubah sesuatu dalam sekejap. Bagi para pengajar dan pendidik yang punya pengalaman lain, mari berbagi! Insyaallah dengan berbagi kita menjadi kaya!

Semangat berbagi kebaikan!

Selasa, 01 Maret 2016

Perjalanan Saung Pinter


Saung Pinter berada di Kampung Cipalembuan, Desa Sukamanah, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya. Sebuah kampung yang berada di pinggiran kota Kabupaten Tasikmalaya. Jauh dari hingar bingar keributan suasana perkotaan. Sepanjang perjalanan menuju Saung Pinter, rekan-rekan akan disuguhi dengan pemandangan pesawahan yang terhampar luas. Jarak dari Kota Kabupaten Tasikmalaya pun cukup dekat hanya berjarak 2 km dari pusat alun-alun Singaparna

Perjalanan menuju Saung Pinter


Terdapat stereotype yang kurang baik terhadap anak-anak kampung kami yang dianggap kurang memiliki kemampuan dalam menerima pelajaran. Kami merasa prihatin dan yakin bahwa anak-anak kami merupakan anak-anak berkemampuan baik dalam menerima pelajaran dan mampu bersaing dengan anak-anak lainnya.
Pada akhir Tahun 2014, kami merintis kelompok belajar yang bersifat sosial yang dinamakan "Saung Pinter". Akan tetapi, perkembangannya sangat lamban bahkan sempat vakum untuk beberapa saat, disebabkan oleh sarana dan prasarana serta tenaga pengajar yang kurang memadai. Bulan September 2015, Saung Pinter mulai aktif kembali dengan jumlah peserta 24 orang. Seiring berjalannya waktu, peserta Saung Pinter semakin bertambah sehingga saat ini mencapai 73 orang dimulai dari anak-anak tingkat pra-TK sampai SMP. Dengan sarana prasarana dan tenaga pengajar yang tersedia, kami berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Saung Pinter, kami tidak memungut biaya apapun. Kami menyediakan fasilitas yang sangat terbatas berupa alat tulis, alat shalat dan buku-buku bacaan penunjang.
Inilah diantara fasilitas yang kami sediakan yakni berupa alat shalat
yang meliputi al-quran, sajadah dan mukena
Buku bacaan pendukung untuk anak-anak
Terdapat beberapa buku bacaan dan alat tulis, akan tetapi masih ada beberapa
buku bacaan yang belum waktunya mereka baca seperti novel-novel fiksi dan ilmiah.
Maklum, bercampur dengan koleksi pribadi kami. hehe

Awal berdiri, semua fasilitas yang kami sediakan mencukupi kebutuhan anak-anak. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya anak-anak, maka fasilitas tersebut mulai dirasa kurang. Oleh karena itu, kami akan terus mengusahakan untuk menambah koleksi buku bacaan anak-anak guna menambah semangat baca mereka.

Begitulan kisah perjalanan Saung Pinter sejak awal tidak ada hal yang mudah semudah membalikkan telapak tangan. Semuanya perlu waktu kerja keras untuk dapat mencapai harapan yang kita inginkan. Ini pun bukan akhir dari kisah Saung Pinter, justru ini adalah awal bagi kami. Belum banyak yang kami lakukan, tapi kami ingin berbagi pada rekan-rekan semua bahwa banyak sekali hal kecil di sekitar kita yang membutuhkan sentuhan dan kepedulian. Semangat berbagi kebaikan! :)